Menjadi pendidik di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini bukanlah suatu profesi yang mudah. Hal ini dikarenakan anak didik di lembaga ini adalah anak yang usianya lahir sampai dengan usia 6 tahun. Anak bukan miniature orang dewasa mereka ada dengan segala keunikannya sendiri. Mereka membawa potensinya masing-masing, namun potensi yang ada masih belum terstimulasi. Anak belajar segala sesuatu dengan acara meniru.Anak-anak ini belajar di lembaga yang biasa di sebut PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Menjadi pendidik di lembaga PAUD tidak hanya menuntut keuletan, kesabaran, kecerian dan kekreativan, namun juga menuntut kepribadian yang bersahaja hal ini karena guru merupakan contoh untuk anak didiknya. Menjadi contoh untuk anak usia dini bukan merupakan suatu aktivitas yang tanpa beban. Mengingat, bahwa kondisi anak yang masih polos yang disertai dengan potensi yang dibawanya. Semua potensi yang ada pada diri anak terbentuk diusia ini, masa perkembangan anak ini disebut dengan masa golden age, yaitu masa yang terbaik dalam seumur hidup perkembangan manusia. Jika terjadi kesalahan pada usaha menstimulasi perkembangan anak pada masa ini akan berakibat fatal diperkembangan anak berikutnya. Pendidikan anak usia dini merupakan fondasi dalam kehidupan manusia. Sebagai peletak fondasi diperlukan sosok guru yang patut ditiru oleh anak. Kata-kata dan perilaku yang diilakukan guru merupakan suatu hal yang sakti bagi anak. Kata-kata dan perbuatan yang lakukan oleh guru akan melebih segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tuanya.
Setiap kali anak dibenarkan/diajari oleh orang dewasa di rumahnya jika tidak sesuai dengan yang diajarkan guru di sekolah pasti anak akan protes “kata bu guru tidak seperti itu, aku tidak mau, aku mau seperti bu guru tadi di sekolah”. Dengan membaca ucapan anak di atas terlihat guru begitu sakti dan berpengaruh bagi anak. Kedudukan guru di lembaga pendidikan anak usia dini, guru sebagai seorang ibu kedua bagi anak. Dalam arti guru mengasuh, mendidik, membimbing, dan merawat seperti anaknya sendiri tanpa membedakan anak menurut suatu apapun.
Sosok guru idaman untuk anak PAUD paling tidak harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
a.Memahami Aspek Perkembangan Anak
Guru mengerti dan paham dengan aspek perkembangan anak, yang meliputi perkembangan pembiasaan, bahasa, kognitif, fisik motorik dan seni serta memahami pendekatan, metode, strategi untuk memfasilitasi perkembangan anak usia dini. Selain itu pendidik juga harus kreatif menciptakan media pembelajaran untuk anak, mengingat anak masih belum bisa berfikir secara abstrak, sehingga untuk menjelaskan sesuatu diperlukan visualisasi benda konkrit.
b. Berperilaku baik
Pendidik anak usia dini adalah contoh untuk anak. Agar anak tumbuh dan berkembang menjadi anak yang berintelektual tinggi dan berakhlak, maka guru dilembaga PAUD perlu mempunyai sikap tersebut.Selain itu guru juga perlu mempunyai sikap yang ramah, baik itu kata maupun perbuatannya.
c. Penuh cinta dan kasih sayang
Pendidik di lembaga PAUD adalah pengganti orang tua anak, guru sebaiknya memperlakukan anak didiknya seperti anaknya sendiri, mencintai dan menyayangi tanpa membeda-bedakan dengan tulus. Rasa cintadan kasih sayang akan mendekatkan anak pada guru. Ank adalah sosok yang peka, jika guru kurang tulus dalam memberikan kegiatan, anak akan merasa dan berulah.
d. Mudah bergaul
Guru juga sebaiknya mampu menjaga hubungan antar guru dengan orang tua anak. Aktivitas yang dilakukan oleh guru di sekolah perlu dilanjutkan oleh orang tua di rumah. Demi menjaga hubungan tersebut diperlukan sikap saling terbuka antara guru dan orang tua anak, sehingga perkembangan anak di sekolah dapat dikomunikaiskan kepada orang tua. Kegiatan anak yang dilakukan di sekolah, orang tua juga perlu bisa supaya orang tua mampu mengajari anak, untuk itu guru juga perlu mengajari orang tua anak, untuk menyiapkan bahan ajar dan cara mengajarkannya ke anak. Apalagi, sekarang masih banyak orang tua yang tidak paham dengan pertumbuhan dan perkembaagn putra putrinya, sehingga dengan tidak segan-segan orang tua melakukan kekerasan kepada anaknya sendiri.
“Kekerasan tidak patut dilakukan untuk anak” seperti yang katakan oleh:
If a child lives with criticism, he learns to condemn
(Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar menyalahkan)
If a child lives with hostility, he learns to fight
(Jika anak dibesarkan dengan kebencian, ia belajar berkelahi)
If a child lives with ridicule, he learns to be shy
(Jika anak dibesarkan dengan ejekan, ia akan tumbuh rendah diri)
If a child lives with shame, he learns to feel guilty
(Jika anak sering dipermalukan, ia akan menyalahkan diri sendiri)
If a child lives with tolerance, he learns to be patient
(Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar bersabar)
If a child lives with encouragement, he learns to be confident
(Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia akan belajar percaya diri)
If a child lives with praise, he learns to appreciate
(Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia akan belajar menghargai)
If a child lives with fairness, he learns justice
(Jika anak dibesarkan dengan keadilan, ia akan belajar berbuat adil)
If a child lives with security, he learns to have faith
(Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia akan belajar memiliki keyakinan)
If a child lives with approval, he learns to like himself
(Jika anak dibesarkan dengan persetujuan, ia akan belajar menyukai diri)
If a child lives with acceptance and friendship, he learns to find love in the world
(Jika anak dibesarkan dengan penerimaan dan persahabatan, ia akan belajar menemukan cinta dalam kehidupan)
(Dorothy Law Nolte)
Hal ini dikarenakan segala sesuatu yang dilakukan orang dewasa ke anak, merupakan pengalaman bagi anak dan merupakan pelajaran bagi anak.
“Anak bukan miniature orang dewasa, maka mengertilah bahwa dunia anak bukan dunia orang dewasa, mereka mempunyai dunia sendiri, jangan memasukan dunia orang dewasa dengan paksa pada dunia mereka, beri kesempatan mereka bermain karena dalam bermain mereka belajar. Jangan banyak larangan untuk aktivitas mereka karena mereka akan merasa terkekang. Bawa dunia mereka ke dunia kita (orang dewasa) dengan tidak memaksa”.Paksaan akan membuat mereka gugur sebelum berkembang.”
Sedikit kata untukmu calon bunda, bunda dan guru idaman.
By. upiex
Saturday, 15 May 2010
GURU IDAMAN
Posted in |
04:09 | by WURI HARTANTI
Subscribe to:
Posts (Atom)