BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk emosi, sehingga dalam kehidupannya manusia selalu dipengaruhi oleh kondisi emosinya. Manusia selalu melakukan perang terhadap emosi yanga ada pada dirinya sendiri. Manusia mempunyai emosi sejak manusia dilahirkan. Sejak seorang manusia dilahirkan ke dunia sudah dibekali emosi, sehingga dapat merasakan senang, sedih, marah dan lain sebagainya. Pada masa anak-anak manusia mempunyai sifat egosentris yang tinggi, sehingga anak cenderung bersikap semuanya sendiri, yang anak harapkan adalah kesenangan pada dirinya sendiri. Dengan bersikap seperti itu anak tidak dapat berbagi dengan orang lain, tempramen, agresif, dan sikap buruk lainya yang tentunya tidak dapat diterima oleh masyarakat yang ada di sekitarnya.
Sikap anak yang negatif dipengaruhi oleh emosi yang ada pada diri anak, dan jika perilaku itu dibawa sampai anak dewasa akan menimbulkan generasi yang mempunyai sikap dan perilaku yang buruk pula, maka dari itu pembelajaran untuk membangun emosi yang sehat pada anak perlu diajarkan sejak anak masih dalam usia dini. Mengingat usia dini adalah masa-masa peka dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga semua aspek perkembangan dapat berkembang dengan optimal pada usia ini termasuk perkembangan emosi.
Dalam mengajarkan anak membangun emosi yang sehat baik itu menghadapi emosi positif maupun emosi negatif pada dirinya perlu diajarkan pembelajaran emosi melalui pendekatan ESQ, sehingga anak akan mampu mengendalikan emosi pada dirinya. Pembelajaran ESQ pada anak dapat dilakukan dengan melalui orang tua, guru serta orang-orang yang lebih dewasa yang berada di sekitar anak. Perilaku yang ditunjukkan oleh orang dewasa akan ditiru oleh anak karena masa anak adalah masa imitasi, sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tua, guru dan orang dewasa yang ada disekitar anak akan direkam dan dilakukan. Kegiatan membangun anak mempunyai emosi yang sehat dapat dilakukan dengan pendekatan ESQ Power yang dilakukan melalui ucapan, sikap dan perilaku orang tua, guru, dan orang dewasa yang ada di sekitar anak, sehingga untuk membangun emosi yang sehat pada anak, maka orang tua, guru, serta orang tua yang ada disekitar anak perlu mengetahui ESQ Power.
Dengan memahami uraian di atas maka dalam makalah ini akan dibahas cara membangun emosi yang sehat pada anak menggunakan metode ESQ Power.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut:
1 Apakah ESQ Power?
2 Bagaimana mengajarkan ESQ Power pada anak?
3 Bagimana pengaruh ESQ Power pada perilaku afeksi anak?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini sebagai berikut:
1 Mengetahui ESQ Power lebih jauh.
2 Mengetahui pembelajaran ESQ pada anak.
3 Mengetahui pengaruh ESQ Power pada perilaku afeksi anak.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk belajar para orang tua, guru serta orang yang sedang menuju kedewasaan dalam bersikap menghadapi anak-anak, sehingga orang tua, guru dan orang dewasa dapat menjadi contoh yang baik bagi anak-anak yang ada di sekitarnya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat ESQ Power
ESQ Power adalah sinergi antara kekuatan emosional dan kekuatan spiritual. Managemen ESQ Power: hal, 94. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang memberi makna pada kehidupan. Menurut Tony Buzan, ciri kecerdasan spiritual pada seseorang adalah; kerap berbuat baik, menolong, memiliki empati yang besar, memaafkan, mampu memilih kebahagiaan, memiliki sense of humor yang baik dan merasa memikul sebuah misi yang mulia. Kecerdasan spiritual berarti kemampuan seseorang untuk dapat mengenal dan memahami diri seseorang sepenuhnya sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta. Dengan memiliki kecerdasan spiritual berarti bisa memahami sepenuhnya makna dan hakikat kehidupan yang kita jalani dan mengetahui arah dan tujuan hidup. Potensi spiritual terdiri dari kemampuan menghadirkan Tuhan atau keimanan dalam setiap aktivitas, kegemaran berbuat untuk Tuhan, disiplin beribadah, sabar berupaya, dan bersyukur atas pemberian Tuhan kepada kita. Sedangkan potensi perasaan mencakup pengendalian emosi, mengerti perasaan orang lain, senang bekerjasama, menunda kepuasan sesaat dan berkepribadian stabil.
Sedangkan kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk memahami orang lain, berinteraksi dan mengembangkan empati, simpati, untuk bisa bekerja sama. http://ariefaan13.blogspot.com/2009/05/menemukan-makna-hidup-dengan-kecerdasan.html. Ketrampilan emosional yang sesuai pada setiap tahap perkembangan individu, dapat membantu mengembangkan kemampuan-kemampuan sosial, bahasa, ketrampilan motorik dan kesadaran akan diri. Ketrampilan emosional tersebut terdiri dari enam tonggak penting, yaitu: regulasi diri dan minat terhadap dunia sekitar; keakraban; komunikasi dua arah; komunikasi kompleks; gagasan emosional; dan berpikir emosional.
Dari uraian di atas dapat EQ, SQ yang tergabung dalam ESQ Power sangat penting diajarkan kepada anak-anak sejak dini. Mengajarkan ESQ Power pada anak akan memunculkan generasi yang mempunyai kecerdasan emosi, spiritual dan akan tangguh dalam menghadapi segala macam masalah yang dihadapi pada kehidupannya di masa akan datang, dengn berbekal ESQ Power diharapkan anak-anak dapat mengendalikan emosinya, sehingga akan tercipta sosok yang mantab dan berkepribadian dalam bersosialisasi.
B. Pengaruh ESQ Power dalam Pendidikan Anak
Sesungguhnya sebagai orang tua, kita lebih harus berpengalaman tentang dalam mengatur emosi dirinya, maka orang tua seharusnya mampu menata, mengelola dengan cara yang sebenarnya dengan penantaan, pembenahan dan pengelolaan emosi inilah yang di sebut dengan kecerdasan emosional, maka orang yang tidak mampu mengontrol adalah penyakit emosional, maka kewajiban orang tua adalah melejitkan kecerdasan emosionalnya yakni aktivitas yang harus dilakukan secara terus menerus yakni antara kesadaran menuju pada tindakan.
Kedudukan orang tua dalam hal melesatkan kecerdasan jiwa merupakan aktor utama yang belajar untuk mencerdaskan diri dan anak-anaknya. Sesungguhnya banyak pengalaman yang bias dikisahkan tentang kebodohan emosional dan efeknya terhadap tanggung jawab dan kewajiban orangtua dalam memberikan pengasuhan, perawatan, pendidikan dan pembelajaran pada anak.
ESQ Power better life merupakan konsepsi tentang kecerdasan emosional spiritual menurut pandangan Islam dengan pelaksanaan tanggung jawab dan kewajiban sebagai orangtua dalam merawat dan mendidik dan membelajaran terhadap anak-anaknya. Dalam proses pendidkan terutama pendidikan anak yang dilakukan oleh orang tua sangat membutuhkan adanya ESQ Power.
Kiat-kiat mengajarkan ESQ Power pada anak sebagai berikut:
1. Menghindari kejahatan perasaan
Orang tua pada umumnya secara tidak sengaja atau bahkan sudah menjadi kebiasaan untuk melakukan kejahatan perasaan pada anak, misalnya: seorang ibu mencuci piring kemudian datang anaknya yang masih usia 3 tahun minta untuk diperhatikan namun ibu itu marah-marah karena beliau masih sibuk dan si anak mengganggu dirinya. Anak yang masih kecil belum mengerti bahwa ibunya masih sibuk bekerja, dia hanya berfikir yang penting semua kebutuhannya dipenuhi. Ibu yang sedang marah tersebut menjewer, memaki-maki dan lain sebagainya, sehingga secara tidak sengaja ibu telah mengajarkan anak untuk menjewer memaki, kedengkian, kemarahan, ketakutan, dan kekerasan. Segala perbuatan yang dilakukan oleh seorang ibu yang sedang marah membawa luka yang sangat dalam bagi anak, sehingga perilaku yang seperti itu perlu dihindarkan jika berhadapan dengan anak. Orang tua, guru, dan oarang dewasa yang ada di sekitar anak sebaiknya harus pandai-pandai untuk meluapkan emosinya, sebelum emosi itu meluap kepada anak sebaiknya orangtua, guru dan orang dewasa di sekitar harus ingat dan mengembalikan semuanya pada Tuhan yang menciptakan bumi dan seisinya, perilaku yang dapat dilakukan dengan menarik napas, dan istighfar bagi yang beragama islam, sehingga anak tidak akan menjadi sasaran untuk meluapkan kekesalan dan kejengkelan lagi.
2. Menampakan cinta dan keindahan
Salah satu kekuatan yang terkandung dalam ESQ Power adalah kekuatan cinta dan keindahan. Dalam ESQ Power cinta dan keindahan berasal dari sang pemilik cinta dan keindahan yaitu Tuhan. Cinta dan keindahan bersifat sangat spiritual dan trasendental, sehingga sifat ini kemudian menyebar memenuhi angkasa kosmos dan kehidupan.
Menampakan cinta dan keindahan merupakan bagaian yang penting, yang harus dilakukan orang tua, guru, serta orang dewasa pada anak-anak. Supaya cinta dan keindahan itu juga dimiliki anak.
Pada umumnya pengungkapan cinta orang tua kepada anak mengalami kesalahpahaman dan arti sehingga orang tua sering mengartikan cinta dan keindahan sebagai sikap memanjakan anak, yang berakibat pada timulnya ego yang tinggi pada anak atau keindahan dan cinta hanya tampak pada masa kecil anak, dan akan semakin menipis ketika anak tumbuh dewasa dengan diiringi oleh perilaku-perilaku yang menjengkelkan orang tua, guru, serta orang yang lebih dewasa di sekitar anak. Seharusnya orang tua, guru, dan orang yang lebih dewasa di sekitar anak memberikan cinta dan keindahan sejak anak lahir sampai anak dewasa, sehingga anak akan mempunayi jiwa yang lembut dan halus karena didominasi oleh cinta dan keindahan sebagai efek kepemilikan ESQ Power.
3. Menampakan Kesabaran
Sabar merupakan kata yang mudah diucapkan tetapi sangat sulit untuk dilaksanakan. Sabar merupakan salah satu kebaikan jiwa. Kesabaran merupakan titik tengah dari dua kecenderungan jiwa yang buruk, putus asa dan pemberontakan. Dalam menghadapi anak yang sering rewel orang tua, guru serta orang dewasa lainnya harus menampakkan kesabaran, seperti saat seorang anak rewel, menangis karena sakit yang dideritanya sang ibu harus sabar merawat dan mengobatinya. Tanpa perawatan, serta doa memohon kesehatan yang penuh kesabaran sakit yang diderita anak akan semakin parah. Orang mampu bersabar adalah orang yang mempunyai ESQ power.
4. Menampakan keuletan
Sejak anak pertama dilahirkan, sejak itu pula orang tua dituntut untuk menjaga kesehatan tubuh dan jiwa anak. Merengek dan menagis dalah hal biasa yang terjadi pada anak dan hal itu biasa pula dihadapi orang tua. Lalu lemparan, terikan, penyiksaan pada diri, tindakan jahat dan nakal serta perilaku lain merupakan hal biasa yang dilakukan anak dan biasa pula dihadapi orang tua.
Jika anak sudah mulai besar, si anak akan bermain sampai dengan lupa waktu makan, sholat, belajar maka keadaan ini adalah keadaan yang biasa dihadapi orang tua, belum lagi ketika anak telah menginjak usia remaja, semakin banyak gejolak yang timbul, seperti suka melawan orang tua, membentak dan lain sebagainya, sehingga berakibat pada orang tua menyerah dan putus asa terhadap perilaku anaknya, sehingga orang tua perlu berperilaku ulet terhadap perilaku anaknya. Perilaku orang tua yang ulet dalam menghadapi anak akanmeberikan contoh pada anak sehingga yang dilakuakn orang tua akan dipahami oleh anak.
5. Menampakan kejujuran dan keadilan
Menampakan kejujuran dan keadilan adaah hal yang penting pula dilakuakn oleh orang tua terhadap anak-anaknya, sepenting mengajarkan dan membelajarakan kejujuran dan keadilan kepada anak itu sendiri. Menampakan kejujuran dan keadilan kepada adnak diharapkan anak akan melihat dan belajat kejujuran dan keadlian sehingga hal ini akan mempermudah mengajarkan dan mebelajarkan kejujuran dan keadilan itu sendiri. Agar dapat mengajarkan kejujuran dan keadilan pada anak orangtua, guru dan orang dewasa harus lebih dahulu jujur apada dirinya sendiri baik ucapan dan perbuatannya sendiri. Selain itu orang tua, guru, dan harus sering mengucapkan kata jujur dan adil, sehingga anak akan ikut dan mengimplementasikan dalam ucapanya.
6. Menampakan Kreatifitas dan Gairah
Menampakan kreatifitas dan kegairahan di hadapan anak:
- Pelajari kesukaan dan kecintaan anak dan masuki wilayah kesukaan dan kecintaan anak tersebut. Semua anak suka dan cinta terhadap pengetahuan, mainan, gerak, dan pengelihatan. Dalam wilayah-wilayah ini orangtua bisa masuk dan melibatkan diri dengan anak, dengan cara menjawab pertanyaan yang diajukan anak, menari, menyanyi. Dalam beraktivitas dengan anak tunjukkan semangat dan kreativitas yang anda miliki.
- Hindari pengabaian terhadap permintaan anak. Mengabaikan anak adalah melakukan kejahatan perasaan terhadapnya.Ketika sedang sibuk bekerja, lalu terdengar suara anak memanggil, jawab panggilannya. Jangan diam saja dan jangan merasa terganggu.
- Ketika kemalasan dan kebosanan mulai melanda anak, intervensi jiwanya dengan cara memberikan usulan tertentu yang bertujuan mengajak anak untuk segera bangkit kesenangan dan keceriaannya. Karena gejolak emosi, sebagian anak sering kali memperlihatkan tanda-tanda kebosanan. Kalau tanda-tanda itu terlihat pada anak, sudah saatnya orangtua bertindak. Tunjukkan kepedulian, kasih sayang, perhatian dan jangan sampai fikiran dan hatinya terkotori oleh sifat kemalasan dan kebosanan.
- Libatkan anak dalam tugas-tugas orang tua, dengan cara ini anak dapat mendapat kesempatan untuk melihat gairah dan kreativitas orangtuanya yang sedang bekerja. Memberi kesempatan anak kepada anak agar terlesatkan kreativitas dan kegairahannya.
7. Menampakan Disiplin dan konsistensi
Displin dan konsistensi juga merupakan dua hal yang sangat penting untuk dinampakkan oleh orangtua dihadapan anak-anak. Disiplin adalah suatu sikap yang senantiasa dimiliki oleh untuk konsistensi melakukan tugas-tugas tertentu pula, sesuai dengan rencana harian anak. Tetapi disiplin adalah lebih dari hanya sekedar menjalankan tugas-tugas harian sesuai dengan rencana tersebut. Dalam kajian ini membahas tentang disiplin jiwa yangsenantiasa menunjukkan nilai-nilai kemuliaan dan kebaikan kepada anak, dan senantiasa menghindari nilai-nilai kehinaan dan keburuan dalam keseharian anak.
Dengan mengajarkan hal-hal seperti di atas pada anak diharapkan anak dapat bersikap dan mengendalikan emosi negatif yang muncul pada dirinya pada kondisi apapun dan akan selalu tampak emosi positif yang sehat. Anak dapat berperilaku dan bertutur kata yang baik dalam kehidupan sehari-hari dapat menunjukkan anak telah mempunyai ESQ-Power yang didapat dari orang tua, guru, atau orang dewasa di sekitarnya, demi membangun generasi yang mempunyai ESQ Power diperlukan kerjasama dari banyak pihak, tidak cukup orang tua saja namun orang tua juga harus berperan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari uraian di atas sebagai berikut:
- Manusia adalah makhluk emosi, sehingga dalam kehidupannya manusia selalu dipengaruhi oleh kondisi emosinya.
- Sikap anak yang negatif dipengaruhi oleh emosi yang ada pada diri anak, dan jika perilaku itu dibawa sampai anak dewasa akan menimbulkan generasi yang mempunyai sikap dan perilaku yang buruk
- ESQ Power adalah sinergi antara kekuatan emosional dan kekuatan spiritual. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang memberi makna pada kehidupan. Sedangkan kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk memahami orang lain, berinteraksi dan mengembangkan empati, simpati, untuk bisa bekerja sama.
- Kiat-kiat melejitkan ESQ Power pada anak dengan: Menghindari kejahatan perasaan, Menampakan cinta dan keindahan, Menampakan Kesabaran, Menampakan keuletan, Menampakan kejujuran dan keadilan, Menampakan Kreatifitas dan Gairah, Menampakan Disiplin dan konsistensi.
- Membangun EQS Power pada anak dapat dimulai membangun ESQ Power pada orang tua anak serta orang yang lebih dewasa di lingkungan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Muhyidin, Muhammad.2006. ESQ Power for Better Life.Jogjakarta: Tunas Publishing
Muhyidin, Muhammad. 2007. Manajemen ESQ Power. Jogjakarta: Diva Press,
http://abihafiz.wordpress.com/2009/04/03/peranan-kecerdasan-emosional-dalam-proses-belajar-mengajar/
http://ariefaan13.blogspot.com/2009/05/menemukan-makna-hidup-dengan-kecerdasan.htm
http://udhiexz.wordpress.com/2008/05/27/kecerdasan-emosional-spritual-dalam-belajar